1

Wednesday, August 16, 2017

Kenapa Dengan Film Filosofi Kopi 2 ?


Berita kehadiran Luna Maya di Toraja yang  menyebar lewat situs dan jejaring sosial, berkembang seakan-akan memberitakan bahwa ada film tentang Toraja yang sedang digarap.

Hal tersebut semakin diperkuat oleh adanya poster Film Filosofi Kopi 2 yang bernuansa Toraja. Entah dari official resmi Filosofi Kopi 2 atau bukan, namun poster dalam format digital tersebut beredar di dunia maya. Sebuah poster berlatar bangunan berbentuk rumah Toraja yang sebenarnya hanyalah pondok peristirahatan pekerja di perkebunan kopi Pedamaran Toraja Utara,

Setelah menyaksikan langsung Film Filisofi Kopi ini, ada beberapa reaksi kekecewaan oleh sebagian masyarakat Toraja terhadap cerita film ini dengan durasi adegan yang berlokasi di Toraja kurang dari 10 menit.

Seperti apa cerita dari film Filosofi Kopi ini yang sebenarnya?

Film ini menceritakan tentang dua sahabat bernama Ben dan Jody yang jungkir balik membangun bisnis kedai kopi.

Cerita dimulai saat Ben dan Jody sedang menikmati mekarnya bisnis  kedai kopi mereka dengan model penyajian kopi yang unik. Kedai yang bisa berpindah-pindah karena menggunakan mobil kombi, jenis mobil yang bisa difungsikan menjadi kedai. Berpindah dari satu tempat ke tempat lainnya, dari satu kota ke kota lainnya.

Tampaknya dua sosok pemuda ini saling melengkapi kelebihan dan kekurangan masing-masing. Jody, seorang berdarah Tionghoa lebih akurat dalam hitungan-hitungan bisnis, sedangkan Ben anak petani kopi dari Lampung sangat fanatik terhadap kopi dan hal-hal yang berkaitan dengan kopi. Baik rasa, kenyamanan pembeli, bahkan mampu memberi filosofi buat setiap gelas kopi yang disajikannya.

Sayangnya di masa kejayaan bisnis kedai kopi mereka, tiga orang karyawan mengundurkan diri dalam waktu bersamaan dengan alasan keluarga dan alasan pribadi.

Ben dan Jody tidak sempat  merekrut karyawan yang berpengalaman, sementara nama Filosofi Kopi semakin populer. Hal ini tampak dari deretan panjang antrian pembeli yang tidak tahu kalau kedai Filosopi Kopi sebenarnya sedang bermasalah, baru saja ditinggalkan tiga karyawan dalam waktu yang sama. Ben pun terpaksa turun tangan langsung namun tetap keteteran melayani pembeli.

Masalah kekosongan karyawan tak mampu diselesaikan oleh Ben dan Jody hingga akhirnya Kedai Filosofi Kopi mobil kombi tersebut terpaksa ditutup.

Namun tidak berselang lama, mereka mendapatkan investor bernama Tarra. Seorang gadis cantik putri pemilik perusahaan kebun sawit di Lampung. Sebuah kesempatan besar datang bagi Ben dan Jody untuk bangkit kembali dari kebangkrutan.

Akhirnya Ben dan Jody mampu menyewa kembali sebuah tempat yang sebelumnya juga sudah pernah mereka gunakan. Masih terdapat sisa bekas kedai mereka yang dulunya sudah cukup dikenal.

Jadi kehilangan bisnis kedai mobil kombi bukanlah akhir bagi Ben dan Jody. Di kawasan Melawai Jaksel, kedai kopi pun kembali berjalan dengan segala cerita suka dan dukanya baik antara mereka bertiga, Ben, Jody dan Tarra, pun dengan seorang barista bernama Brie.

Ben sering mengeluh tentang barista Brie, yang dianggapnya lelet menyajikan kopi, sementara Brie tamatan luar negri itu punya alasan dengan caranya. Brie sangat menghargai setiap bijii kopi jangan sampai ada yang terbuang. Harus akurat dalam komposisi saat disiapkan.

Hempasan badai bisnis kedai mereka terjadi saat seorang pengunjung menuliskan dalam blognya tentang buruknya rasa kopi dan pelayanan di Kedai Filosofi Kopi. Brie sebagai barista kena damprat oleh Ben.

Dalam kondisi seperti itu, mereka  tetap berpikir untuk ekspansi untuk membuka cabang baru, memulai dengan lebih baik lagi. Mereka mendapatkan tempat yang juga adalah warisan keluarga Tarra di Jogja. Proses pembukaan berjalan lancar.

Akan tetapi di malam pembukaan kedai yang cukup meriah dengan kehadiran band musik, sebuah kabar mengejutkan datang dari keluarga Ben di Lampung, sang ayah telah meninggal dunia. Di balik kemeriahan acara pembukaan itu, ada air mata duka atas meninggalnya ayah Ben. Kesedihan Ben bukan saja karena ditinggal ayahnya tetapi Ben belum berhasil menjadi pebisnis kedai kopi sekaligus untuk mengobati kegagalan ayahnya menjadi petani kopi karena lahan kopinya direbut perusahaan perkebunan kelapa sawit.

Dalam upacara penguburan almarhum ayah Ben, sebuah karangan bunga ucapan bela sungkawa mengejutkan Ben sekaligus membangkitkan amarahnya hingga karangan bunga tersebut dihancurkannya. Sang pengirim karangan bunga tersebut adalah pemilik lahan sawit di Lampung yang telah mengambil alih lahan perkebunan kopi milik ayah Ben. Ayah Ben-lah yang paling keras menolak pengambilalihan lahan tersebut dan didukung oleh rekan sesama petani.

Jody yang turut hadir dalam upacara pemakaman, sedikit penasaran dengan nama pengirim karangan bunga tersebut karena memiliki kesamaan dengan nama belakang Tarra. Lalu mencoba menelpon Tarra tapi dibatalkannya karena takut ketahuan oleh Ben yang sama sekali tidak tahu akan kesamaan nama belakang Tarra dengan nama pengirim karangan bunga, karena pada saat penandatanganan kesepakatan bisnis, Ben terburu-buru tanda tangan karena ada urusan lain, dan cepat-cepat meninggalkan Jody dan Tarra di depan notaris.

Kepastian tentang siapa sebenarnya pengirim karangan bunga tersebut tidak terungkap bagi Jody hingga pada suatu hari sekembalinya mereka ke Jogja, sesuatu yang mengejutkan terjadi. Tarra mendapatkan kiriman karangan bunga ucapan selamat dari ayahnya atas pembukaan kedai kopi. Tarra menolak karangan bunga dengan alasan yang menandakan kalau ada riwayat ketidakharmonisan antara Tarra dengan ayahnya

Kejadian tersebut membuat Jody kaget luar biasa. Nama sang pengirim karangan bunga di Lampung ternyata persis sama dengan nama pengirim karangan bunga ucapan selamat atas pembukaan kedai kopi di Jogja.

Lebih para lagi yang terjadi dengan Ben yang tidak tahu menahu akan nama belakang Tarra. Kesadaran Ben muncul setelah menemukan dua karangan bunga dengan nama pengirim yang persis sama. Sebuah kejadian yang secepat kilat mengungkap siapa Tarra yang sesungguhnya. Tarra adalah putri  pemilik perkebunan sawit yang telah merebut lahan kopi milik ayahnya.

Tarra yang menolak dan berusaha agar karangan bunga tersebut dikembalikan tidak menyadari kalau ada hal besar tentang dirinya yang terkuak bagi Ben dan Jody.

Ben lalu mencari dokumen kesepakatan bisnis, mencari nama belakang Tarra, dan benar nama belakang Tarra sama dengan nama pengirim kedua karangan bunga.

Tarra pun mulai heran dengan Ben yang sudah tidak bisa dikontak berhari-hari. Bahkan dalam ekspansi bisnis kedai kopi mereka ke Makassar, Ben tidak jadi berangkat dan digantikan oleh Jody.

Kondisi Ben yang kacau di Jakarta, menjadi perhatian Brie. Rupanya kegalaun Ben menjadi pintu masuk  Brie menyampaikan kekagumannya akan sosok Ben. Bahkan Brie mengaku sosok Ben-lah yang menbuatnya ingin belajar tentang kopi. Kekacauan dalam diri Ben tentang ayah Tarra perlahan terobati dengan kehadiran Brie. Kegalauan Ben menimbulkan cerita baru, tumbuhnya cinta antara dirinya dengan Brie.

Sementara Jody dan Tarra yang tiba Makassar juga memulai cerita baru. Kegalauan Jodi akan hubungan masa lalu orang tua Tarra dan orang tua Ben tidak dapat ditahan oleh Jody untuk disampaikannya.

Keberanian Jody timbul setelah merasakan bahwa ada benih cinta yang tumbuh antara Tarra dengan dirinya. Jody menyampaikan tentang ayah Ben, ayah Tarra dan hubungan antara keduanya

Di salah satu kedai kopi di sudut Makassar, perasaan dua anak manusia ini bercampur aduk. Segudang kekuatiran akan masa depan bisnis kedai kopi mereka yang dihantui dendam masa lalu orang tua Tarra dan Ben, namun juga merupakan malam kebahagiaan karena dimulainya cerita cinta di antara Jody dan Tarra.

Perasaan yang tak menentu membuat Jody iseng searching sebuah tempat yang sudah sering didengarnya. Selain karena kopinya yang dikenal enak juga karena tempat yang sudah dekat dari Makassar tersebut adalah daerah tujuan wisata.

Dari seraching google mapnya, Jody menemukan tempat tersebut. Toraja, jarak 324 km dari Makassar.

Tarra hanya bisa geleng-geleng kepala karena Jody nekad untuk menempuh perjalanan menyetir sejauh lebih dari 300 km, sebuah perjalanan darat yang lumayan jauh di luar dari rencana mereka berdua.

Kelelahan mereka berdua terobati ketika perjalanan mereka memasuki negri seribu tongkonan ini. Jody membangunkan Tarra ketika ketika hawa sejuk Toraja mulai terasa.

Kehidupan mereka yang dekat dengan hal-hal tentang kopi membawa mereka ke salah tempat perkebunan kopi Arabica di Pedamaran Toraja Utara. Di depan hamparan kebun kopi yang menutupi wilayah pegunungan, cerita kehidupan Tarra mengalir ke Jody. Menempati sebuah pondok peristirahatan yang berbentuk model rumah Toraja / tongkonan, Tarra menjelaskan kalau dana untuk berinvestasi di filosofi kopi adalah hasil keringatnya sendiri. Bisnis Kedai Filosofi Kopi tidak ada kaitannya dengan bisnis perkebunan sawit milik ayahnya.

Yang cukup menarik juga bagi Tarra selama di Toraja adalah cerita Jody tentang nama suatu jenis pohon yang namanya sama dengan nama Tarra.

Pohon Tarra' adalah jenis pohon yang bisa dijadikan pessiliran. Pessilliran adalah pemakaman khusus buat bayi dengan dibuatkan lobang di batang pohonnya. Pohon Tarra harus tetap tumbuh dan tidak boleh ditebang. Satu pohon yang tetap tumbuh tersebut bisa untuk mengubur lebih dari satu jenasah bayi.

Dalam kepercayaan agama asli Toraja, aluk to dolo, ada alasan theologisnya sendiri kenapa jenasah dari bayi harus ditaruh di dalam pohon yang hidup dan sedang bertumbuh. Jody bahkan berusaha mencari kesamaan akan makna pohon tarra yang dijadikan pessiliran dengan makna kehadiran Tarra dalam bisnis mereka. Cinta mereka bersemi di bawah pohon Tarra.

Sementara Jody dan Tarra semakin asyik dengan kehidupan percintaan mereka, tak kalah serunya juga kisah yang terjadi antara Ben dan Brie. Kehadiran Brie dalam hidup Ben seakan mengisi kekosongan atas kekagalauan dari masa lalu antara keluarga Ben dan Tarra.

Ben pun semakin mengagumi Brie yang ternyata memiliki bisnis perkebunan kopi di Jogja yang sebenarnya sudah sempat diperkenalkan Brie kepada Ben namun saat itu sosok Brie belumlah menarik bagi Ben atas perbedaan prinsip penyajian kopi.

Puncak ketegangan antara Ben dan Tarra akhirnya terjadi di kedai mereka di Jakarta. Amarah Ben memuncak terhadap Tarra dalam kedai yang sedang dipenuhi pengunjung. Ben juga marah besar terhadap Jody yang telah membongkar semuanya ke Tarra. Pertengkaran di antara mereka menjadi tontonan para pengunjung. Bahkan sebagian merekam kejadian tersebut dengan ponsel. Amarah membuat mereka lupa bahwa mereka sendirilah yang menghancurkan bisnis mereka.

Persoalan masa lalu ayah Ben dan ayah Tarra selain menjadi ganjalan besar bagi bisnis mereka juga menghancurkan hubungan persahabatan mereka. Mereka seperti terjebak dalam kerumitan masalah. Inilah puncak ketegangan dari cerita Filosofi Kopi namun bisa redah karena hadirnya cinta yang seakan datang memberi mereka rasa keadilan. Ben dan Jody masing-masing menemukan cintanya yang membuat mereka tegar jalani persoalan yang juga membuat hubungan persahabatan Ben dan Jody tak lekang oleh waktu.

Seiring berjalannya waktu, Tarra dan Jody menjadi pebisnis kedai kopi sedangkan Ben dan Brie membangun bisnis perkebunan kopi bahkan menjadi supplier ke kedai Jody dan Tarra.

Cerita Filosofi Kopi 2 diakhiri dengan Kebahagiaan dua pasangan ini. Tara hidup bahagia bersama dengan Jody dengan bisnis kedai kopinya. Sementara Ben bersama dengan Brie juga yang keduanya memiliki kecintaan terhadap perkebunan kopi juga berbahagia hidup sebagai petani kopi.

Cerita Filosodi Kopi 2, sepintas memang sangat sedikit mangangkat materi dialog tentang Toraja. Setiap lokasi adegan dalam film ini pun sebenarnya sangat minim membahas tentang lokasi di mana adegan berlangsung. Hanya di Torajalah di saat Jody dan Tarra berteduh di bawah pohon yang adalah kuburan bayi, mereka bercerita tentang pohon tarrra.

Cerita Film Filosofi Kopi 2 sebenarnya sangat menginspirasi. Bagaimana anak-anak muda yang memilih jalan hidup untuk menjadi pebisnis. Mereka terbentuk dari pengalaman kesuksesan namun juga kegagalan.

Film Filosofi Kopi 2 sangat membuka wawasan tentang kopi. Ada orang seperti sosok Ben yang begitu mencintai kopi. Mulai dari benihnya, pohonnya, buahnya bahkan hingga disajikan ke dalam gelas adalah kenikmatan bagi dirinya.

Kehidupan masyarakat Toraja juga sangat dekat dengan kopi. Kehadiran kopi baik dalam bentuk pohon, buah hingga aroma kopi yang disangrai menjadi hal biasa tercium di area-area pemukiman penduduk.

Semoga Film Filosofi Kopi 2 membuat masyarakat Toraja semakin bangga tidak hanya dengan alam Toraja yang indah tetapi juga dengan kopinya yang sebenarnya sudah dikenal tidak hanya di dalam negri tetapi juga hingga belahan dunia lainnya.

Ai hi hi

Friday, March 31, 2017

Orang Toraja dan Sulsel 01

ORANG TORAJA

Sebuah Kemustahilan ?
Kapan orang Toraja menjadi gubernur Sulawesi Selatan (Sulsel 01)? Pertanyaan ini sering menjadi lelucon di kalangan orang Toraja sebagai ungkapan kemustahilan. Alasan-alasan dari kemustahilan orang Toraja menjadi gubernur hampir memiliki kesamaan yang intinya mengarah pada dua label minority yang orang Toraja miliki di Sulsel yakni “Toraja” dan “Nasrani”.

Toraja Suku Minoritas
Toraja sering disebut suku minoritas namun diakui juga masuk dalam tiga suku besar di Sulsel. Sepintas Toraja memang suku dengan jumlah kecil yang diidentikkan dengan hanya dua kabupaten yakni Kabupaten induk Tana Toraja (Tator) dan kabupaten hasil pemekaran Toraja Utara (Torut). Walaupun keberadaan suku Toraja lebih dari dua wilayah kabupaten ini namun sudah telanjur dipahami jangankan oleh orang Toraja sendiri apalagi oleh suku lain bahwa Toraja adalah Tator dan Torut. Sebuah jumlah yang sangat kecil dibanding jumlah penduduk di Sulsel. Namun dengan mencoba mengabaikan batas wilayah administrasi Tator dan Torut dan mencari kesamaan bahasa, tradisi bahkan agama leluhur nenek moyang maka menjadi pertanyaan apakah suku yang berdiam di dataran tinggi Sulawesi ini jumlahnya minoritas di Sulsel ?

Minoritas Keyakinan
Orang Toraja diidentikkan juga dengan kaum Nasrani yang minoritas di Sulsel walaupun pada faktanya orang Toraja terdiri dari berbagai agama dan golongan. Selain kaum Nasrani, di Toraja juga terdapat penganut agama asli Alukta dan juga terdapat kaum Muslim dengan masjid-masjid megahnya di pusat-pusat keramaian hingga perkampungan yang jamaahnya adalah orang Toraja asli yang sudah turun temurun. Sekiranya muncul calon gubernur dari Toraja maka dia belum tentu seorang Nasrani.

Asumsi yang belum teruji
Kedua label yang sebenarnya abu-abu tersebut dengan asumsi bahwa rakyat Sulsel memilih berdasarkan kesamaan suku dan agama telah menjadi penutup jalan dari Toraja menuju Sulsel 01. Asumsi tersebut belum bisa dibuktikan berapa persen kebenarannya dikarenakan belum adanya putra/putri Toraja yang turut serta dalam bursa pilkada Sulsel. Belum ada perangkat voting yang menguji asumsi tersebut.

Interaksi Kehidupan dan Faktor Penentu
Sulawesi Selatan adalah sebuah propinsi dengan tiga suku besar. Toraja, Bugis dan Makassar serta beberapa suku-suku lainnya. Interaksi kehidupan suku-suku dan para pemeluk agama di Sulawesi Selatan sudah berlangsung lama termasuk dengan Suku Mandar yang saat ini sudah masuk wilayah pemekaran Propinsi Sulawesi Barat (Sulbar). Perdagangan, pertanian, pendidikan, transportasi bahkan seni telah membaurkan aktifitas kehidupan suku suku dan agama-agama di Sulsel.

Orang Toraja sudah lama menikmati ikan laut hasil tangkapan nelayan-nelayan Bugis dan Makassar yang tinggal di pesisir selatan. Sedangkan ikan laut segar hasil tangkapan nelayan dari pesisir timur-utara yakni Palopo dan sekitarnya sudah lama menembus hingga pemukiman di kampung-kampung di Toraja.

Tingginya kebutuhan ternak potong untuk pesta adat yang marak di Toraja terpaksa didatangkan dari daerah luar Toraja. Bahkan peternakan babi yang hanya dilakukan oleh Toraja - Nasrani juga terbantukan pakannya dari luar Toraja berupa dedak dari tanah Bugis yang dikenal sebagai lumbung padi dan yang belum lama berlangsung adalah tanaman khusus pakan ternak babi (utan bai / tambai ) yang masih segar dijual di pasar-pasar di Toraja yang disupply dari daerah Palopo dan sekitarnya.

Dalam bidang perdagangan,  pasar tradisional dan pertokoan di sekitaran pusat kota Makale dan Rantepao juga turut diramaikan para pedagang dari tanah Bugis.

Di bidang transportasi darat, telah berlangsung lama saling ketergantungan antara bus-bus Toraja dengan para penyedia layanan kebutuhan di sepanjang perjalanan baik kebutuhan kendaraan maupun kebutuhan penumpang berupa makanan, minuman, ole-ole dan berbagai model area peristirahatan. Bus-bus Toraja dengan nyaman  menyusur ruas-ruas jalan yang disambut hangat penjaja makanan dan ole-ole.

Toraja sebagai daerah tujuan wisata juga menjadi salah satu pilihan sebagai tujuan terdekat para wisatawan lokal di Sulawesi Selatan..

Dalam bidang pendidikan, para putra putri Toraja banyak yang berprofesi sebagai guru dan dosen di luar Toraja seperti Makassar dan daerah lainnya. Mereka berbaur dalam lingkungan pendidikan, mengajar tanpa membeda-bedakan bahkan yang berkualitas dikagumi oleh para murid atau mahasiswanya tanpa memandang latar belakang suku dan agama. Ada juga kecenderungan baru, para pelajar dari luar Toraja menempuh pendidikan di Toraja yang berhawa sejuk. Sementara dari pemda Tator dan Torut sendiri ada kerinduan menjadikan Toraja sebagai kota pendidikan.

Di bidang seni, orang Toraja juga penikmat lagu-lagu etnik lain di Sulsel, bahkan tarian selendang dengan baju bodonya sangat familiar dari dulu di kalangan pelajar di Toraja. Kolaborasi arsitektur rumah Bugis dan Toraja juga menjadi pilihan sebagian masyarakat Toraja dengan menggandengkan rumah tongkonan dengan rumah Bugis dengan maksud memperluas ruang rumah tinggal.

Selain faktor-faktor alami yang terbentuk dalam kurun waktu yang panjang di masa lalu, ada juga sekumpulan faktor lain yang sifatnya dinamis yang bisa berpengaruh di masa-masa kampanye. Faktor-faktor tersebut berupa :

Faktor partai partai pengusung
Pemilih yang loyal pada partainya akan tetap memilih sosok yang diusung partainya sehingga siapapun dan dari latar belakang apapun yang diusung partai maka pemilih yang loyal pada partai akan menjatuhkan pilihan pada sosok yang diusung partai.

Faktor Kinerja dan rekam jejak
Biasanya para calon yang dipilih dalam suatu pesta demokrasi adalah sosok yang sudah banyak berkarya dengan bukti yang sudah diketahui masyaralat. Rekam jejak yang bersih dari korupsi. Dalam pertarungan pilkada yang semakin mengerucut, keterlibatan seorang calon yang menandakan indikasi korupsi bisa membuat pooularitasnya turun drastis tanpa peduli dari mana latar belakangnya. Tak heran isu-isu korupsi sering dijadikan kampanye hitam untuk menjatuhkan lawan.

Faktor Kharisma
Kharisma seorang pemimpin tidak hanya dikagumi oleh masyarakat yang sesuku dan seagama dengannya namun juga oleh orang-orang dari berbagai suku dan agama

Faktor Tampilan Fisik
Pada faktanya ada juga pemilih yang menentukan pilihan berdasar pada kecantikan dan ketampanan. Para kandidat pesta rakyat di manapun sangat peduli dengan penampilan fisik dengan memajang foto-foto terbaik. Faktor tampilan fisik ini juga bisa mengurangi dominasi faktor suku dan agama.

Kondisi-kondisi seperti di atas tersebutlah yang menjadi faktor penentu dalam menentukan pilihan. Kompleksnya aktifitas kehidupan dan saling ketergantungan yang juga kompleks mengakibatkan faktor penentu dalam menentukan pilihan untuk Sulsel 01 juga menjadi kompleks, bukan sesederhana faktor suku, ras dan agama.

Arah Baru Demokrasi
Sejarah sedang membawa kita pada suatu kehidupan di mana demokrasi tidak bisa mengacu lagi pada faktor suku, agama dan ras. Dimensi-dimensi demokrasi itu tidak identik dengan dimensi-dimensi suku, ras dan agama. Musuh kita bukanlah suku lain, etnis lain dan agama lain akan tetapi musuh kita bersama yang sesungguhnya yang adalah korupsi, narkoba, radikalisme serta gerakan-gerakan separatisme

Fakta Demokorasi Masa Kini
Berikut ini beberapa sosok pemenang dalam pesta demokrasi yang mampu meruntuhkan tembok-tembok agama, ras dan kesukuan.

Ahmad Aboetaleb
Ahmad Aboetaleb adalah seorang Muslim keturunan Maroko yang terpilih menjadi Walikota Rotterdam 5 Januari 2009.

Sadiq Khan
Sadiq Khan adalah walikota Muslim pertama di London. Sadiq Khan terpilih menjadi Walikota London Mey 2016.

Saud Anwar
Seorang imigran asal Pakistan, Dr. Saud Anwar, menjadi walikota South Windsor, Connecticut, Amerika Serikat, sebuah kota di negara bagian Connecticut, Ameika Serikat

Basuki Tjahaja Purnama
Basuki Tjahaja Purnama atau sering dipanggil Ahok adalah seorang berdarah Tionghoa dan penganut Protestan. Ahok terpilih menjadi Bupati di Belitung Timur yang mayoritas pemilih adalah Muslim. Tahun 2012 kembali Ahok terpilih sebagai wakil gubernur di propinsi DKI Jakarta yang penduduknya juga mayoritas Muslim mendampingi Joko Widodo

Februniye Akyol
Februniye Akyol adalah wakil walikota di Mardin, sebuah kota metropolitan di Turki yang 96.5 % penduduknya adalah Muslim. Februniye Akyol yang adalah seorang Kristen Ortodoks memerintah bersama sang walikota Ahmed Turk

Masih banyak fakta serupa dengan contoh di atas yang tidak sempat tuliskan di sini karena keterbatasan.

Kesimpulan
Jalan selalu terbuka dari Toraja menuju Sulsel 01. Asumsi bahwa pemilih di Sulsel memilih berdasarkan kesamaan suku dan agama belumlah terukur berapa persen kebenarannya dan tidak akan pernah bisa diketahui tanpa ada muncul sosok Toraja yang mencoba merintis jalan tersebut.

Jalan tersebut memang berat, bukan karena label minority yang melekat pada diri orang Toraja tetapi sosok yang pantas memimpin bagi Sulsel mungkin memang belum saatnya muncul dari Toraja.

Bukan karena dia Nasrani atau bukan karena dia Toraja, atau bukan pula karena dia Nasrani dan Toraja sehingga tertutup jalannya menuju Sulsel 01. Idealnya demokrasi tidak dikekang oleh batas-batas agama, ras dan suku. Kalaupun sosok yang mampu itu ada tetapi tidak dihadirkan dan menghadirkan dirinya sendiri maka jalan menuju Sulsel 01 bukan karena tertutup, tetapi memang tidak ada yang mencoba membukanya.

Jika akhirnya juga muncul sosok berdarah Toraja dalam Pilgub Sulsel, bukan pula sebuah jaminan akan mendapat dukungan penuh dari sesama orang Toraja juga. Jika keberaniannya untuk maju didasarkan oleh keyakinan telah mengantongi dengan aman suara orang Toraja maka pada dasarnya sang calon tersebut sendirilah yang masih terjebak dalam asumsi yang justru adalah penutup jalan dari Toraja menuju Sulsel 01

Jayalah Indonesiaa
https://id.m.wikipedia.org/wiki/Ahmed_Aboutaleb


http://www.voaindonesia.com/a/saud-anwar-walikota-muslim-di-amerika/3341118.html

http://dunia.news.viva.co.id/news/read/833642-perempuan-kristen-jadi-pemimpin-di-negara-muslim

https://id.m.wikipedia.org/wiki/Basuki_Tjahaja_Purnama




Monday, January 16, 2017

Taman Konservasi Hutan Mangrove PIK

Rumah Peristirahatan Taman Konservasi Mangrove PIK

Taman Konservasi Hutan Mangrove PIK (Pantai Indah Kapuk), merupakan salah satu surga wisata yang sepertinya belum begitu dikenal. Padahal cukup mudah menjangkau lokasi ini. Bahkan cara termudah sampai ke tempat ini cukup dengan menumpang Transjakarta. Tempat ini dilewati oleh Rute Busway Monas - PIK. Artinya hanya seharga tiket busway kita sudah sampai ke lokasi ini. Silahkan turun di tempat pemberhentian Gedung Buddha Tzuci, karena dari sebelah gedung nan megah berarsitektur China itulah jalan masuk ke kawasan dengan udara pantai yang sejuk ini. Pulangnya jangan kuatir, walaupun pemberhentian Buddha Tzuci adalah halte satu arah, namun saat kita keluar dari gerbang kawasan hutan bakau ini, angkot merah U11 sudah menunggu dan siap mengantarkan ke Pasar PIK, tempat awal pemberangkatan Rute Balik PIK - Monas.

Gazebo Taman Konservasi Hutan Mangrove PIK

Gazebo dengan tiang tertancap di dasar peraian hutan Mangrove

Tarif masuk cukup 25.000 per orang. Hati-hati di pos pemeriksaan karena kamera tidak dibolehkan masuk. Akan tetapi ponsel jenis apapun boleh.

Kawasan ini cukup luas untuk dijelajahi. Meniti di atas jembatan-jembatan kayu, silih berganti dengan jalanan di bawah pohon nan rindang, Hawa panas pantai hampir tak terasa bak tenggelam dalam hijaunya daun-daun mangrove.


Hutan Bakau PIK
Hutan Mangrove PIK

Pengunjung Hutan Mangrove PIK sedang berselfi ria

Deretan saung, gazebo dan bangunan bangunan kayu lainnya yang artistik menambah eksotisnya tempat ini. Keseluruhan kawasan bisa disaksikan dari atas menara yang berdiri di tengah-tengah kawasan yang berdekatan dengan pantai dan pulau yang sedang direklamasi`


Tampak Pulau Reklamasi dari Taman Mangrove PIK


Bagi para pencinta lingkungan bisa juga turut serta melestarikan Hutan Mangrove ini dengan menanam bakau. Tampak pohon-pohon yang baru tumbuh dengan nama penanamnya.

 Kita juga bisa bebas nongkrong di atas rumah panggung yang ditopang tiang-tiamg yang tertancap di dasar air hutan mangrove ini. Mungkin rumah-rumah kayu sengaja disiapkan bagi para pengunjung jika terjadi hujan saat menjelajahi kawasan ini. Ada juga food court dengan ruang makan berupa gazebo-gazebo.

Selain menjelajah lewat jalan dan jembatan, kita juga bisa menjelahi hutan mangrove ini dengan speed boat dan perahu. Dengan merogoh kocek 300.000 untuk maksimal 6 orang. 400 ribu untuk maksimal 8 orang, kita akan diantar mengelilingi kawasan ini. Yang lebih murah adalah perahu kayu tanpa mesin dengan dikemdikan sendiri dengan biaya sebesar Rp 100.000. 


Makale City

Lakipadada Statue Makale Tana Toraja
This is Makale. One part of Makale City is a little lake. Makale is capital city of Tana Toraja District. This place located at side of the road of Trans Sulawesi. Makale is fisrt City in Toraja we'll find when we take a trip from Makassar. After Makale we'll find Rantepao City

Appear on picture a statue of Lakipadada. Lakipadada is a figure in Toraja folklore. He was adventure found how to make himself not dead. His name be a name of biggest hospital in Tana Toraja, Lakipada Hospital (Rumah Sakit Lakipadada)

Besides Lakipadada Statue, appear on lake side people's representatives of Tana Toraja Catolic Curch
Makale City

At the others side, appear a church on a mount. The church is Toraja Church (Gereja Toraja). Majority of Toraja Community are congregational of Gereja Toraja and Catolic Church.

Makale City Tana Toraja

Makale is a center of tourism event in Tana Toraja. On December last year (2016), Lovely Toraja Event be concentrated in Makale exactly at this place.
Makale City Tana Toraja

Sunday, January 15, 2017

Alang


Alang Toraya (Toraja Granary)
Sit on this place, see the paddy field, mount and feel the wind blowing. So fresh, caused by Toraja is a cool natural.This is granary. In Bahasa Indonesia said "lumbung padi" and in Toraja said "alang". Alang just not to save paddy, but at the bottom look like on the picture,  alang is a place to relax like a gazebo. 

More, alang also a complement of tongkonan building. Alang is smaller building similar with tongkonan building that standing in the yard of tongkonan.

If one time, the big family of tongkonan organize an event in tongkonan, alang be VIP room for a laeader and/or people that have first casta can sit on alang. So, people can see and know who is sitting there.
alang - lumbung Toraja - Toraja granary

This alang using roof with bamboo but use cover by zinc material. The origin alang not use modern material. The origin alang just use bamboo for roof and wood for body of alang. Not use nail and iron.

Alang Toraja - lumbung padi -Toraja Granary
This is alang see from south. Appear the little door like a window. Same like tongkonan building alang also standing with the body extend froam north to south.
Alang Toraja - lumbung padi -Toraja Granary
This is the attic of alang



Saturday, January 14, 2017

Story of Tongkonan Wall

The wall of tongkonan (Toraja house) filled with carving. The wall dominate by black colour as canvas colour and the colour of carving consists of red, yellow and white. The black colour taken from plant and the three colour red, yellow and white taken from glebe.




The carving just not a wall decoration but have meaning for every carving.  The owner of tongkonan never paint they wall out of the rule of tongkonan wall. Every tongkonan have carving same with all of tongkonan in Toraja.

The meaning of the carving is a important thing. The fact that making tongkonan carving never made with new or different from the others

Try to see the picture below. The carving be sorrounded is pa'tedong. Tedong is buffalo in Toraja. Pa'tedong carving is about tedong. Tedong is an animal that have highest value in Toraja. Tedong is medium of exchange to buy land and others`






So, if the wall filled by carving, how much story be contained at tongkonan wall

Kenapa Dengan Film Filosofi Kopi 2 ?

Berita kehadiran Luna Maya di Toraja yang  menyebar lewat situs dan jejaring sosial, berkembang seakan-akan memberitakan bahwa ada film ...