1

Wednesday, August 16, 2017

Kenapa Dengan Film Filosofi Kopi 2 ?


Berita kehadiran Luna Maya di Toraja yang  menyebar lewat situs dan jejaring sosial, berkembang seakan-akan memberitakan bahwa ada film tentang Toraja yang sedang digarap.

Hal tersebut semakin diperkuat oleh adanya poster Film Filosofi Kopi 2 yang bernuansa Toraja. Entah dari official resmi Filosofi Kopi 2 atau bukan, namun poster dalam format digital tersebut beredar di dunia maya. Sebuah poster berlatar bangunan berbentuk rumah Toraja yang sebenarnya hanyalah pondok peristirahatan pekerja di perkebunan kopi Pedamaran Toraja Utara,

Setelah menyaksikan langsung Film Filisofi Kopi ini, ada beberapa reaksi kekecewaan oleh sebagian masyarakat Toraja terhadap cerita film ini dengan durasi adegan yang berlokasi di Toraja kurang dari 10 menit.

Seperti apa cerita dari film Filosofi Kopi ini yang sebenarnya?

Film ini menceritakan tentang dua sahabat bernama Ben dan Jody yang jungkir balik membangun bisnis kedai kopi.

Cerita dimulai saat Ben dan Jody sedang menikmati mekarnya bisnis  kedai kopi mereka dengan model penyajian kopi yang unik. Kedai yang bisa berpindah-pindah karena menggunakan mobil kombi, jenis mobil yang bisa difungsikan menjadi kedai. Berpindah dari satu tempat ke tempat lainnya, dari satu kota ke kota lainnya.

Tampaknya dua sosok pemuda ini saling melengkapi kelebihan dan kekurangan masing-masing. Jody, seorang berdarah Tionghoa lebih akurat dalam hitungan-hitungan bisnis, sedangkan Ben anak petani kopi dari Lampung sangat fanatik terhadap kopi dan hal-hal yang berkaitan dengan kopi. Baik rasa, kenyamanan pembeli, bahkan mampu memberi filosofi buat setiap gelas kopi yang disajikannya.

Sayangnya di masa kejayaan bisnis kedai kopi mereka, tiga orang karyawan mengundurkan diri dalam waktu bersamaan dengan alasan keluarga dan alasan pribadi.

Ben dan Jody tidak sempat  merekrut karyawan yang berpengalaman, sementara nama Filosofi Kopi semakin populer. Hal ini tampak dari deretan panjang antrian pembeli yang tidak tahu kalau kedai Filosopi Kopi sebenarnya sedang bermasalah, baru saja ditinggalkan tiga karyawan dalam waktu yang sama. Ben pun terpaksa turun tangan langsung namun tetap keteteran melayani pembeli.

Masalah kekosongan karyawan tak mampu diselesaikan oleh Ben dan Jody hingga akhirnya Kedai Filosofi Kopi mobil kombi tersebut terpaksa ditutup.

Namun tidak berselang lama, mereka mendapatkan investor bernama Tarra. Seorang gadis cantik putri pemilik perusahaan kebun sawit di Lampung. Sebuah kesempatan besar datang bagi Ben dan Jody untuk bangkit kembali dari kebangkrutan.

Akhirnya Ben dan Jody mampu menyewa kembali sebuah tempat yang sebelumnya juga sudah pernah mereka gunakan. Masih terdapat sisa bekas kedai mereka yang dulunya sudah cukup dikenal.

Jadi kehilangan bisnis kedai mobil kombi bukanlah akhir bagi Ben dan Jody. Di kawasan Melawai Jaksel, kedai kopi pun kembali berjalan dengan segala cerita suka dan dukanya baik antara mereka bertiga, Ben, Jody dan Tarra, pun dengan seorang barista bernama Brie.

Ben sering mengeluh tentang barista Brie, yang dianggapnya lelet menyajikan kopi, sementara Brie tamatan luar negri itu punya alasan dengan caranya. Brie sangat menghargai setiap bijii kopi jangan sampai ada yang terbuang. Harus akurat dalam komposisi saat disiapkan.

Hempasan badai bisnis kedai mereka terjadi saat seorang pengunjung menuliskan dalam blognya tentang buruknya rasa kopi dan pelayanan di Kedai Filosofi Kopi. Brie sebagai barista kena damprat oleh Ben.

Dalam kondisi seperti itu, mereka  tetap berpikir untuk ekspansi untuk membuka cabang baru, memulai dengan lebih baik lagi. Mereka mendapatkan tempat yang juga adalah warisan keluarga Tarra di Jogja. Proses pembukaan berjalan lancar.

Akan tetapi di malam pembukaan kedai yang cukup meriah dengan kehadiran band musik, sebuah kabar mengejutkan datang dari keluarga Ben di Lampung, sang ayah telah meninggal dunia. Di balik kemeriahan acara pembukaan itu, ada air mata duka atas meninggalnya ayah Ben. Kesedihan Ben bukan saja karena ditinggal ayahnya tetapi Ben belum berhasil menjadi pebisnis kedai kopi sekaligus untuk mengobati kegagalan ayahnya menjadi petani kopi karena lahan kopinya direbut perusahaan perkebunan kelapa sawit.

Dalam upacara penguburan almarhum ayah Ben, sebuah karangan bunga ucapan bela sungkawa mengejutkan Ben sekaligus membangkitkan amarahnya hingga karangan bunga tersebut dihancurkannya. Sang pengirim karangan bunga tersebut adalah pemilik lahan sawit di Lampung yang telah mengambil alih lahan perkebunan kopi milik ayah Ben. Ayah Ben-lah yang paling keras menolak pengambilalihan lahan tersebut dan didukung oleh rekan sesama petani.

Jody yang turut hadir dalam upacara pemakaman, sedikit penasaran dengan nama pengirim karangan bunga tersebut karena memiliki kesamaan dengan nama belakang Tarra. Lalu mencoba menelpon Tarra tapi dibatalkannya karena takut ketahuan oleh Ben yang sama sekali tidak tahu akan kesamaan nama belakang Tarra dengan nama pengirim karangan bunga, karena pada saat penandatanganan kesepakatan bisnis, Ben terburu-buru tanda tangan karena ada urusan lain, dan cepat-cepat meninggalkan Jody dan Tarra di depan notaris.

Kepastian tentang siapa sebenarnya pengirim karangan bunga tersebut tidak terungkap bagi Jody hingga pada suatu hari sekembalinya mereka ke Jogja, sesuatu yang mengejutkan terjadi. Tarra mendapatkan kiriman karangan bunga ucapan selamat dari ayahnya atas pembukaan kedai kopi. Tarra menolak karangan bunga dengan alasan yang menandakan kalau ada riwayat ketidakharmonisan antara Tarra dengan ayahnya

Kejadian tersebut membuat Jody kaget luar biasa. Nama sang pengirim karangan bunga di Lampung ternyata persis sama dengan nama pengirim karangan bunga ucapan selamat atas pembukaan kedai kopi di Jogja.

Lebih para lagi yang terjadi dengan Ben yang tidak tahu menahu akan nama belakang Tarra. Kesadaran Ben muncul setelah menemukan dua karangan bunga dengan nama pengirim yang persis sama. Sebuah kejadian yang secepat kilat mengungkap siapa Tarra yang sesungguhnya. Tarra adalah putri  pemilik perkebunan sawit yang telah merebut lahan kopi milik ayahnya.

Tarra yang menolak dan berusaha agar karangan bunga tersebut dikembalikan tidak menyadari kalau ada hal besar tentang dirinya yang terkuak bagi Ben dan Jody.

Ben lalu mencari dokumen kesepakatan bisnis, mencari nama belakang Tarra, dan benar nama belakang Tarra sama dengan nama pengirim kedua karangan bunga.

Tarra pun mulai heran dengan Ben yang sudah tidak bisa dikontak berhari-hari. Bahkan dalam ekspansi bisnis kedai kopi mereka ke Makassar, Ben tidak jadi berangkat dan digantikan oleh Jody.

Kondisi Ben yang kacau di Jakarta, menjadi perhatian Brie. Rupanya kegalaun Ben menjadi pintu masuk  Brie menyampaikan kekagumannya akan sosok Ben. Bahkan Brie mengaku sosok Ben-lah yang menbuatnya ingin belajar tentang kopi. Kekacauan dalam diri Ben tentang ayah Tarra perlahan terobati dengan kehadiran Brie. Kegalauan Ben menimbulkan cerita baru, tumbuhnya cinta antara dirinya dengan Brie.

Sementara Jody dan Tarra yang tiba Makassar juga memulai cerita baru. Kegalauan Jodi akan hubungan masa lalu orang tua Tarra dan orang tua Ben tidak dapat ditahan oleh Jody untuk disampaikannya.

Keberanian Jody timbul setelah merasakan bahwa ada benih cinta yang tumbuh antara Tarra dengan dirinya. Jody menyampaikan tentang ayah Ben, ayah Tarra dan hubungan antara keduanya

Di salah satu kedai kopi di sudut Makassar, perasaan dua anak manusia ini bercampur aduk. Segudang kekuatiran akan masa depan bisnis kedai kopi mereka yang dihantui dendam masa lalu orang tua Tarra dan Ben, namun juga merupakan malam kebahagiaan karena dimulainya cerita cinta di antara Jody dan Tarra.

Perasaan yang tak menentu membuat Jody iseng searching sebuah tempat yang sudah sering didengarnya. Selain karena kopinya yang dikenal enak juga karena tempat yang sudah dekat dari Makassar tersebut adalah daerah tujuan wisata.

Dari seraching google mapnya, Jody menemukan tempat tersebut. Toraja, jarak 324 km dari Makassar.

Tarra hanya bisa geleng-geleng kepala karena Jody nekad untuk menempuh perjalanan menyetir sejauh lebih dari 300 km, sebuah perjalanan darat yang lumayan jauh di luar dari rencana mereka berdua.

Kelelahan mereka berdua terobati ketika perjalanan mereka memasuki negri seribu tongkonan ini. Jody membangunkan Tarra ketika ketika hawa sejuk Toraja mulai terasa.

Kehidupan mereka yang dekat dengan hal-hal tentang kopi membawa mereka ke salah tempat perkebunan kopi Arabica di Pedamaran Toraja Utara. Di depan hamparan kebun kopi yang menutupi wilayah pegunungan, cerita kehidupan Tarra mengalir ke Jody. Menempati sebuah pondok peristirahatan yang berbentuk model rumah Toraja / tongkonan, Tarra menjelaskan kalau dana untuk berinvestasi di filosofi kopi adalah hasil keringatnya sendiri. Bisnis Kedai Filosofi Kopi tidak ada kaitannya dengan bisnis perkebunan sawit milik ayahnya.

Yang cukup menarik juga bagi Tarra selama di Toraja adalah cerita Jody tentang nama suatu jenis pohon yang namanya sama dengan nama Tarra.

Pohon Tarra' adalah jenis pohon yang bisa dijadikan pessiliran. Pessilliran adalah pemakaman khusus buat bayi dengan dibuatkan lobang di batang pohonnya. Pohon Tarra harus tetap tumbuh dan tidak boleh ditebang. Satu pohon yang tetap tumbuh tersebut bisa untuk mengubur lebih dari satu jenasah bayi.

Dalam kepercayaan agama asli Toraja, aluk to dolo, ada alasan theologisnya sendiri kenapa jenasah dari bayi harus ditaruh di dalam pohon yang hidup dan sedang bertumbuh. Jody bahkan berusaha mencari kesamaan akan makna pohon tarra yang dijadikan pessiliran dengan makna kehadiran Tarra dalam bisnis mereka. Cinta mereka bersemi di bawah pohon Tarra.

Sementara Jody dan Tarra semakin asyik dengan kehidupan percintaan mereka, tak kalah serunya juga kisah yang terjadi antara Ben dan Brie. Kehadiran Brie dalam hidup Ben seakan mengisi kekosongan atas kekagalauan dari masa lalu antara keluarga Ben dan Tarra.

Ben pun semakin mengagumi Brie yang ternyata memiliki bisnis perkebunan kopi di Jogja yang sebenarnya sudah sempat diperkenalkan Brie kepada Ben namun saat itu sosok Brie belumlah menarik bagi Ben atas perbedaan prinsip penyajian kopi.

Puncak ketegangan antara Ben dan Tarra akhirnya terjadi di kedai mereka di Jakarta. Amarah Ben memuncak terhadap Tarra dalam kedai yang sedang dipenuhi pengunjung. Ben juga marah besar terhadap Jody yang telah membongkar semuanya ke Tarra. Pertengkaran di antara mereka menjadi tontonan para pengunjung. Bahkan sebagian merekam kejadian tersebut dengan ponsel. Amarah membuat mereka lupa bahwa mereka sendirilah yang menghancurkan bisnis mereka.

Persoalan masa lalu ayah Ben dan ayah Tarra selain menjadi ganjalan besar bagi bisnis mereka juga menghancurkan hubungan persahabatan mereka. Mereka seperti terjebak dalam kerumitan masalah. Inilah puncak ketegangan dari cerita Filosofi Kopi namun bisa redah karena hadirnya cinta yang seakan datang memberi mereka rasa keadilan. Ben dan Jody masing-masing menemukan cintanya yang membuat mereka tegar jalani persoalan yang juga membuat hubungan persahabatan Ben dan Jody tak lekang oleh waktu.

Seiring berjalannya waktu, Tarra dan Jody menjadi pebisnis kedai kopi sedangkan Ben dan Brie membangun bisnis perkebunan kopi bahkan menjadi supplier ke kedai Jody dan Tarra.

Cerita Filosofi Kopi 2 diakhiri dengan Kebahagiaan dua pasangan ini. Tara hidup bahagia bersama dengan Jody dengan bisnis kedai kopinya. Sementara Ben bersama dengan Brie juga yang keduanya memiliki kecintaan terhadap perkebunan kopi juga berbahagia hidup sebagai petani kopi.

Cerita Filosodi Kopi 2, sepintas memang sangat sedikit mangangkat materi dialog tentang Toraja. Setiap lokasi adegan dalam film ini pun sebenarnya sangat minim membahas tentang lokasi di mana adegan berlangsung. Hanya di Torajalah di saat Jody dan Tarra berteduh di bawah pohon yang adalah kuburan bayi, mereka bercerita tentang pohon tarrra.

Cerita Film Filosofi Kopi 2 sebenarnya sangat menginspirasi. Bagaimana anak-anak muda yang memilih jalan hidup untuk menjadi pebisnis. Mereka terbentuk dari pengalaman kesuksesan namun juga kegagalan.

Film Filosofi Kopi 2 sangat membuka wawasan tentang kopi. Ada orang seperti sosok Ben yang begitu mencintai kopi. Mulai dari benihnya, pohonnya, buahnya bahkan hingga disajikan ke dalam gelas adalah kenikmatan bagi dirinya.

Kehidupan masyarakat Toraja juga sangat dekat dengan kopi. Kehadiran kopi baik dalam bentuk pohon, buah hingga aroma kopi yang disangrai menjadi hal biasa tercium di area-area pemukiman penduduk.

Semoga Film Filosofi Kopi 2 membuat masyarakat Toraja semakin bangga tidak hanya dengan alam Toraja yang indah tetapi juga dengan kopinya yang sebenarnya sudah dikenal tidak hanya di dalam negri tetapi juga hingga belahan dunia lainnya.

Ai hi hi

Kenapa Dengan Film Filosofi Kopi 2 ?

Berita kehadiran Luna Maya di Toraja yang  menyebar lewat situs dan jejaring sosial, berkembang seakan-akan memberitakan bahwa ada film ...