1

Friday, March 31, 2017

Orang Toraja dan Sulsel 01

ORANG TORAJA

Sebuah Kemustahilan ?
Kapan orang Toraja menjadi gubernur Sulawesi Selatan (Sulsel 01)? Pertanyaan ini sering menjadi lelucon di kalangan orang Toraja sebagai ungkapan kemustahilan. Alasan-alasan dari kemustahilan orang Toraja menjadi gubernur hampir memiliki kesamaan yang intinya mengarah pada dua label minority yang orang Toraja miliki di Sulsel yakni “Toraja” dan “Nasrani”.

Toraja Suku Minoritas
Toraja sering disebut suku minoritas namun diakui juga masuk dalam tiga suku besar di Sulsel. Sepintas Toraja memang suku dengan jumlah kecil yang diidentikkan dengan hanya dua kabupaten yakni Kabupaten induk Tana Toraja (Tator) dan kabupaten hasil pemekaran Toraja Utara (Torut). Walaupun keberadaan suku Toraja lebih dari dua wilayah kabupaten ini namun sudah telanjur dipahami jangankan oleh orang Toraja sendiri apalagi oleh suku lain bahwa Toraja adalah Tator dan Torut. Sebuah jumlah yang sangat kecil dibanding jumlah penduduk di Sulsel. Namun dengan mencoba mengabaikan batas wilayah administrasi Tator dan Torut dan mencari kesamaan bahasa, tradisi bahkan agama leluhur nenek moyang maka menjadi pertanyaan apakah suku yang berdiam di dataran tinggi Sulawesi ini jumlahnya minoritas di Sulsel ?

Minoritas Keyakinan
Orang Toraja diidentikkan juga dengan kaum Nasrani yang minoritas di Sulsel walaupun pada faktanya orang Toraja terdiri dari berbagai agama dan golongan. Selain kaum Nasrani, di Toraja juga terdapat penganut agama asli Alukta dan juga terdapat kaum Muslim dengan masjid-masjid megahnya di pusat-pusat keramaian hingga perkampungan yang jamaahnya adalah orang Toraja asli yang sudah turun temurun. Sekiranya muncul calon gubernur dari Toraja maka dia belum tentu seorang Nasrani.

Asumsi yang belum teruji
Kedua label yang sebenarnya abu-abu tersebut dengan asumsi bahwa rakyat Sulsel memilih berdasarkan kesamaan suku dan agama telah menjadi penutup jalan dari Toraja menuju Sulsel 01. Asumsi tersebut belum bisa dibuktikan berapa persen kebenarannya dikarenakan belum adanya putra/putri Toraja yang turut serta dalam bursa pilkada Sulsel. Belum ada perangkat voting yang menguji asumsi tersebut.

Interaksi Kehidupan dan Faktor Penentu
Sulawesi Selatan adalah sebuah propinsi dengan tiga suku besar. Toraja, Bugis dan Makassar serta beberapa suku-suku lainnya. Interaksi kehidupan suku-suku dan para pemeluk agama di Sulawesi Selatan sudah berlangsung lama termasuk dengan Suku Mandar yang saat ini sudah masuk wilayah pemekaran Propinsi Sulawesi Barat (Sulbar). Perdagangan, pertanian, pendidikan, transportasi bahkan seni telah membaurkan aktifitas kehidupan suku suku dan agama-agama di Sulsel.

Orang Toraja sudah lama menikmati ikan laut hasil tangkapan nelayan-nelayan Bugis dan Makassar yang tinggal di pesisir selatan. Sedangkan ikan laut segar hasil tangkapan nelayan dari pesisir timur-utara yakni Palopo dan sekitarnya sudah lama menembus hingga pemukiman di kampung-kampung di Toraja.

Tingginya kebutuhan ternak potong untuk pesta adat yang marak di Toraja terpaksa didatangkan dari daerah luar Toraja. Bahkan peternakan babi yang hanya dilakukan oleh Toraja - Nasrani juga terbantukan pakannya dari luar Toraja berupa dedak dari tanah Bugis yang dikenal sebagai lumbung padi dan yang belum lama berlangsung adalah tanaman khusus pakan ternak babi (utan bai / tambai ) yang masih segar dijual di pasar-pasar di Toraja yang disupply dari daerah Palopo dan sekitarnya.

Dalam bidang perdagangan,  pasar tradisional dan pertokoan di sekitaran pusat kota Makale dan Rantepao juga turut diramaikan para pedagang dari tanah Bugis.

Di bidang transportasi darat, telah berlangsung lama saling ketergantungan antara bus-bus Toraja dengan para penyedia layanan kebutuhan di sepanjang perjalanan baik kebutuhan kendaraan maupun kebutuhan penumpang berupa makanan, minuman, ole-ole dan berbagai model area peristirahatan. Bus-bus Toraja dengan nyaman  menyusur ruas-ruas jalan yang disambut hangat penjaja makanan dan ole-ole.

Toraja sebagai daerah tujuan wisata juga menjadi salah satu pilihan sebagai tujuan terdekat para wisatawan lokal di Sulawesi Selatan..

Dalam bidang pendidikan, para putra putri Toraja banyak yang berprofesi sebagai guru dan dosen di luar Toraja seperti Makassar dan daerah lainnya. Mereka berbaur dalam lingkungan pendidikan, mengajar tanpa membeda-bedakan bahkan yang berkualitas dikagumi oleh para murid atau mahasiswanya tanpa memandang latar belakang suku dan agama. Ada juga kecenderungan baru, para pelajar dari luar Toraja menempuh pendidikan di Toraja yang berhawa sejuk. Sementara dari pemda Tator dan Torut sendiri ada kerinduan menjadikan Toraja sebagai kota pendidikan.

Di bidang seni, orang Toraja juga penikmat lagu-lagu etnik lain di Sulsel, bahkan tarian selendang dengan baju bodonya sangat familiar dari dulu di kalangan pelajar di Toraja. Kolaborasi arsitektur rumah Bugis dan Toraja juga menjadi pilihan sebagian masyarakat Toraja dengan menggandengkan rumah tongkonan dengan rumah Bugis dengan maksud memperluas ruang rumah tinggal.

Selain faktor-faktor alami yang terbentuk dalam kurun waktu yang panjang di masa lalu, ada juga sekumpulan faktor lain yang sifatnya dinamis yang bisa berpengaruh di masa-masa kampanye. Faktor-faktor tersebut berupa :

Faktor partai partai pengusung
Pemilih yang loyal pada partainya akan tetap memilih sosok yang diusung partainya sehingga siapapun dan dari latar belakang apapun yang diusung partai maka pemilih yang loyal pada partai akan menjatuhkan pilihan pada sosok yang diusung partai.

Faktor Kinerja dan rekam jejak
Biasanya para calon yang dipilih dalam suatu pesta demokrasi adalah sosok yang sudah banyak berkarya dengan bukti yang sudah diketahui masyaralat. Rekam jejak yang bersih dari korupsi. Dalam pertarungan pilkada yang semakin mengerucut, keterlibatan seorang calon yang menandakan indikasi korupsi bisa membuat pooularitasnya turun drastis tanpa peduli dari mana latar belakangnya. Tak heran isu-isu korupsi sering dijadikan kampanye hitam untuk menjatuhkan lawan.

Faktor Kharisma
Kharisma seorang pemimpin tidak hanya dikagumi oleh masyarakat yang sesuku dan seagama dengannya namun juga oleh orang-orang dari berbagai suku dan agama

Faktor Tampilan Fisik
Pada faktanya ada juga pemilih yang menentukan pilihan berdasar pada kecantikan dan ketampanan. Para kandidat pesta rakyat di manapun sangat peduli dengan penampilan fisik dengan memajang foto-foto terbaik. Faktor tampilan fisik ini juga bisa mengurangi dominasi faktor suku dan agama.

Kondisi-kondisi seperti di atas tersebutlah yang menjadi faktor penentu dalam menentukan pilihan. Kompleksnya aktifitas kehidupan dan saling ketergantungan yang juga kompleks mengakibatkan faktor penentu dalam menentukan pilihan untuk Sulsel 01 juga menjadi kompleks, bukan sesederhana faktor suku, ras dan agama.

Arah Baru Demokrasi
Sejarah sedang membawa kita pada suatu kehidupan di mana demokrasi tidak bisa mengacu lagi pada faktor suku, agama dan ras. Dimensi-dimensi demokrasi itu tidak identik dengan dimensi-dimensi suku, ras dan agama. Musuh kita bukanlah suku lain, etnis lain dan agama lain akan tetapi musuh kita bersama yang sesungguhnya yang adalah korupsi, narkoba, radikalisme serta gerakan-gerakan separatisme

Fakta Demokorasi Masa Kini
Berikut ini beberapa sosok pemenang dalam pesta demokrasi yang mampu meruntuhkan tembok-tembok agama, ras dan kesukuan.

Ahmad Aboetaleb
Ahmad Aboetaleb adalah seorang Muslim keturunan Maroko yang terpilih menjadi Walikota Rotterdam 5 Januari 2009.

Sadiq Khan
Sadiq Khan adalah walikota Muslim pertama di London. Sadiq Khan terpilih menjadi Walikota London Mey 2016.

Saud Anwar
Seorang imigran asal Pakistan, Dr. Saud Anwar, menjadi walikota South Windsor, Connecticut, Amerika Serikat, sebuah kota di negara bagian Connecticut, Ameika Serikat

Basuki Tjahaja Purnama
Basuki Tjahaja Purnama atau sering dipanggil Ahok adalah seorang berdarah Tionghoa dan penganut Protestan. Ahok terpilih menjadi Bupati di Belitung Timur yang mayoritas pemilih adalah Muslim. Tahun 2012 kembali Ahok terpilih sebagai wakil gubernur di propinsi DKI Jakarta yang penduduknya juga mayoritas Muslim mendampingi Joko Widodo

Februniye Akyol
Februniye Akyol adalah wakil walikota di Mardin, sebuah kota metropolitan di Turki yang 96.5 % penduduknya adalah Muslim. Februniye Akyol yang adalah seorang Kristen Ortodoks memerintah bersama sang walikota Ahmed Turk

Masih banyak fakta serupa dengan contoh di atas yang tidak sempat tuliskan di sini karena keterbatasan.

Kesimpulan
Jalan selalu terbuka dari Toraja menuju Sulsel 01. Asumsi bahwa pemilih di Sulsel memilih berdasarkan kesamaan suku dan agama belumlah terukur berapa persen kebenarannya dan tidak akan pernah bisa diketahui tanpa ada muncul sosok Toraja yang mencoba merintis jalan tersebut.

Jalan tersebut memang berat, bukan karena label minority yang melekat pada diri orang Toraja tetapi sosok yang pantas memimpin bagi Sulsel mungkin memang belum saatnya muncul dari Toraja.

Bukan karena dia Nasrani atau bukan karena dia Toraja, atau bukan pula karena dia Nasrani dan Toraja sehingga tertutup jalannya menuju Sulsel 01. Idealnya demokrasi tidak dikekang oleh batas-batas agama, ras dan suku. Kalaupun sosok yang mampu itu ada tetapi tidak dihadirkan dan menghadirkan dirinya sendiri maka jalan menuju Sulsel 01 bukan karena tertutup, tetapi memang tidak ada yang mencoba membukanya.

Jika akhirnya juga muncul sosok berdarah Toraja dalam Pilgub Sulsel, bukan pula sebuah jaminan akan mendapat dukungan penuh dari sesama orang Toraja juga. Jika keberaniannya untuk maju didasarkan oleh keyakinan telah mengantongi dengan aman suara orang Toraja maka pada dasarnya sang calon tersebut sendirilah yang masih terjebak dalam asumsi yang justru adalah penutup jalan dari Toraja menuju Sulsel 01

Jayalah Indonesiaa
https://id.m.wikipedia.org/wiki/Ahmed_Aboutaleb


http://www.voaindonesia.com/a/saud-anwar-walikota-muslim-di-amerika/3341118.html

http://dunia.news.viva.co.id/news/read/833642-perempuan-kristen-jadi-pemimpin-di-negara-muslim

https://id.m.wikipedia.org/wiki/Basuki_Tjahaja_Purnama




Kenapa Dengan Film Filosofi Kopi 2 ?

Berita kehadiran Luna Maya di Toraja yang  menyebar lewat situs dan jejaring sosial, berkembang seakan-akan memberitakan bahwa ada film ...