1

Wednesday, March 26, 2014

Mayat Berjalan Vs Budaya Ma'pasonglo' Toraja

Jauh sebelum saya melihat foto upacara ma'nene' di Toraja yang beredar di milis dan akhirnya berkembang menjadi artikel yang beredar luas di internet, saya sebenarnya sangat malas jika ditanya tentang "mayat berjalan" di Toraja yang saya sendiri secara pribadi tidak mempercayainya. Kebanyakan orang kalau mendengar kata Toraja secara spontan menghubungkannya dengan cerita "mayat berjalan".

Kemunculan foto upacara ma'nene' (penggantian baju jenazah) seolah-olah menjawab rasa penasaran banyak orang yang suka hal hal horor dan mencari tahu tentang "mayat berjalan" di Toraja. Padahal dari milis, blog, hingga note facebook, foto dan keterangan gambar tidaklah sama. Foto adalah upacara ma'nene' dan keterangan gambar adalah tentang "mayat berjalan".

Nama Toraja yang dari dulu dikenal sebagai daerah tujuan wisata karena budayanya yang unik, alamnya yang indah dan sejuk, objek wisatanya yang sangat menarik hingga masyarakatnya yang mempertahankan nilai nilai budaya yang sangat bermanfaat dalam keberlangsungan hidup seolah-olah mendapat julukan baru, Toraja adalah tempatnya "mayat berjalan".

Saya yang lahir dan besar di Toraja memang pernah mendengar berita itu karena beritanya berkembang dari mulut ke mulut namun tidak pernah melihat mayat berjalan. Cerita "mayat berjalan" juga bukan cerita yang diturunkan dari generasi di atas saya, kakek/nenek atau orang tua saya.

Dalam Legenda Lakipadada, ada banyak kisah yang tak diterima logika seperti dalam perjalanannya,  nenek moyang orang Toraja tersebut menempuh perjalanan dengan menggantung pada kaki burung. Namun karena diterima sebagai sebuah legenda maka cerita tersebut tidak menimbulkan perdebatan. Legenda adalah cerita masa lalu yang erat kaitannya dengan sejarah namun sudah mengalami distorsi. Sehingga sama seperti legenda yang ada di daerah lainpun, maka Legenda Lakipadada juga tidak mengundang perdebatan.

Cerita "mayat berjalan" sendiri sebenarnya masuk kategori isu. Isu bisa saja fakta dan bisa seratus persen kebohongan. Kalaupun itu memang fakta maka jika kita mencoba menganalisa kenapa mayat bisa berjalan maka kita dengan mudah menyimpulkan bahwa mayat bisa berjalan karena ada kekuatan dari kuasa kuasa gelap yang mampu menggerakkan jenazah tersebut. Jadi jika kita membahas tentang cerita "mayat berjalan" maka tidak bisa diidentikkan dengan suku tertentu termasuk Toraja. Kalaupun kejadiannya ada di Toraja itu hanya tempatnya yang kebetulan di mana  kebenaran cerita itupun belum bisa dibuktikan.

Jika kita tahu budaya Toraja yang sebenarnya maka cerita "mayat berjalan" berbenturan dengan fakta budaya Toraja yakni ma'pasonglo'. Ma'pasonglo' adalah atraksi budaya dengan memikul jenazah yang dibalut kain atau ditaruh dalam peti mayat disertai dengan ornamen yang sarat dengan makna. Kerbau-kerbau yang disembelih dalam upacara kematian diikutsertakan. Keluarga dengan pakaian serba hitam berbaris di depan sambil memegang kain berwarna merah membentang dari depan hingga belakang dengan ujungnya diikat pada lakkian, tempat menaruh jenazah. Lakkian tersebut dipikul ramai ramai oleh kaum lelaki dari keluarga jenazah. Dari jauh akan tampak seolah olah bentangan kain berwarna merah tersebut menarik lakkian.

Walaupun saya tak mampu menjelaskan secara detail apalagi menjelaskan maknanya namun bisa mengatakan bahwa tidak ada kesan seram yang ditimbulkannya dan mayatnya bergerak mengikuti ke mana bentangan kain merah bergerak bukan karena berjalan sendiri tetapi karena ada yang memikul jenazah sambil berjalan. Sangat bertolak belakang dengan artikel "mayat berjalan" yang beredar di internet yang  dibawa ke nuansa horor. Fakta adanya budaya ma'pasonglo' adalah bukti kalau "mayat berjalan" bukan bagian dari budaya Toraja.

Sebenarnya sudah ada yang mencoba menjelaskan yang sebenarnya dengan berkomentar maupun dengan artikel namun seakan tak mampu mematahkan nuansa horor yang sudah telanjur meledak sebelumnya.

Biarkan waktu yang akan menjawab, karena budaya ma'pasonglo' sudah menjadi tradisi yang berlangsung turun temurun dari generasi ke generasi sedangkan cerita mayat berjalan hanyalah isu kecil yang sempat meledak sejenak karena kecanggihan dunia maya.

Thursday, February 20, 2014

Blok M

Top picture is Sate Mak Syukur in Blok M Square food court. Blok M Square arounded by food court in along corridor. Blok M is a place that consist of much shopping centre. Beside Blok M Square the other places are Pasaraya, Blok M Plaza, Ramayana and many orthers.

Blok M also is a terminal with destination for all place in Jakarta, Bogor, Tangerang, Bekasi. This is a centre of public transport in Jabodetabek area.

Will find bus with destination to Bogor, Tangerang, Bekasi. Also bus with destination to other terminal in Jakarta namely Kampung Rambutan, Rawamangun, Kalideres, Pulo Gadung and strategic places like UKI (in front of Universitas Kristen Indonesi)

We also get Trans Jakarta in thw Blok M Terminal.

Friday, February 7, 2014

Cerita Lisan Ayahanda

Dikisahkan seorang bapak guru yang dipindahkan ke sebuah sekolah yang cukup terpencil.

Pada hari pertama, Sang Guru diantar oleh Bapak Kepala Sekolah ke ruang kelas. Setelah diperkenalkan kepada para murid, Sang Kepala Sekolah kembali ke ruang kerjanya dan Sang Guru melanjutkan kembali pengenalan dirinya kepada muridnya.

Saat Sang Guru sedang memperkenalkan diri, entah kenapa tiba tiba terserang sakit perut dan terdesak untuk segera buang air besar. Sang Guru dengan langkah terburu buru mencari toilet dalam kompleks sekolah yang masih asing baginya. Lega rasanya menemukan toilet. Akan tetapi masalahnya belum selesai, toilet ternyata sedang dipakai.

Sang Guru semakin tidak tahan namun pintu toilet tersebut tidak kunjung dibuka. Sang Guru mencoba mengalihkan perhatian dari perasaan terdesak tersebut dengan mencoba berjalan mengelilingi gedung sekolah. Saat tiba di halaman belakang sekolah yang sangat sepi, tiba tiba timbul dalam pikiran Sang Guru bagaimana jika buang air besar di situ saja, sepertinya cukup aman, toh jam istirahat belum tiba.

Namun Sang Guru mencoba membuang pikiran tersebut jauh jauh karena walaupun tidak ada yang mengetahuinya, sungguh itu perilaku yang tak pantas dilakukannya.

Akan tetapi pemikiran tersebut ternyata semakin mendorongnya untuk harus segera buang air besar secepatnya. Sehingga Sang Guru dengan sangat terpaksa membuang hajat di belakang sekolah.

Tiba tiba dari dalam ruang kelas terdengar sayup sayup suara Sang Kepala Sekolah sedang bertanya kepada para murid, ke mana guru baru mereka pergi. Para murid hanya bisa menjawab kalau guru mereka baru saja meninggalkan ruang kelas.

Sang Kepala Sekolah yang baru saja keluar dari toilet dan tidak berpapasan dengan Sang Guru sangat yakin jika Sang Guru tidak sedang ke toilet. Sang Kepala Sekolah mulai bertanya tanya dalam hati,  ke mana Sang Guru pergi sambil perlahan lahan melayangkan mata ke segenap penjuru sekolah.

Sang Guru sangat panik mendengar keheranan murid dan Kepala Sekolah di ruang kelas saat dirinya sedang dalam posisi jongkok buang air besar di ruang terbuka di halaman belakang sekolah.

Dalam hitungan detik Sang Guru harus segera tampil rapi kembali. Kepanikan tersebut semakin hebat saat Sang Guru mendengar Sang Kepala Sekolah menggerutu mencarinya. Apa jadinya jika dalam posisi masih jongkok dan celana belum dinaikkan serta dirapikan kembali, Sang Kepala Sekolah muncul di hadapannya.

"Aduh celaka, jangan sampai terjadi",  pikir Sang Guru

Tiba tiba suara derap sepatu Sang Kepala Sekolah yang awalnya terdengar pelan pelan semakin lama semakin jelas. Namun untunglah Sang Guru sudah rapi kembali. Tinggal menyiapkan kata kata apa yang bisa diucapkan untuk menghilangkan keheranan Sang Kepala Sekolah.

Namun dalam hitungan dua tiga langkah di mana sosok Sang Kepala Sekolah akan segera tampak, Sang Guru baru sadar kalau hajat yang dibuangnya belum ditimbun tanah sebagaimana yang direncanakannya saat masih dalam posisi jongkok.

"Aduh celaka!", bisiknya.  Namun lagi lagi Sang Guru ini tidak kehabisan akal. Diambilnya topi yang dipakainya dan dalam hitungan sekejap kotoran itupun tertutupi topinya dengan aman. Lega jadinya.

"Aman !", pikirnya.

"Loh, topi bapak kenapa ditaruh di tanah ?", terdengar suara Sang Kepala Sekolah yang cukup mengagetkan.

"Oh, ada burung pak di sini", lagi lagi kecerdasan Sang Guru baru ini benar benar luar biasa menghadapi kepanikan.

"Oh, burung apa ya pak ?", tanya Sang Kepala Sekolah mendekat ke arah topi tersebut.

"Eh, awas pak, ntar lepas burungnya, jangan disentuh",  tegas Sang Guru bak orang ketakutan kehilangan burung yang sangat mahal.

Sang Kepala Sekolah pun mulai paham kenapa guru baru tersebut menghilang misterius dalam sekejap.

"Pak, ini saya sebenarnya mau serahkan daftar murid yang akan menjadi murid bapak di sekolah ini", kata Sang Kepala sekolah memecah keheningan sejenak sambil menyerahkan map merah berisi daftar murid.

"Oke pak", jawab Sang Guru.

"Silahkan absensi dulu pak sekalian perkenalan satu per satu dengan mereka",   perintah Sang Kepala Sekolah.

"Oke pak, kalau burung ini biarkan sajalah dulu di situ, nanti jam istirahat saya kembali, saya sangat kuatir ada orang terutama murid yang mencoba menyentuh topi itu sehingga burungnya melompat dan lepas.", jawab Sang Guru  dengan maksud agar Sang Kepala Sekolah jangan coba coba menyentuh topi tersebut.

"Silahkan pak, murid muridnya sudah menunggu", jawab Sang Kepala Sekolah  sambil berjalan bersama Sang Guru beranjak dari halaman belakang sekolah.

Kepala Sekolah masuk kembali ke ruang kerjanya. Akan tetapi masih penasaran kenapa guru baru tersebut bisa menangkap burung di sekolah di mana dia telah bertahun tahun mengabdi namun baru kali ini ada kejadian seperti ini.

"Apa salahnya kalau saya mengecek langsung burung tersebut", gumam Sang Kepala Sekolah dalam hati sambil berjalan ke belakang gedung sekolah melewati sisi lain biar tidak tampak oleh Sang Guru.

Setibanya di situ Sang Kepala Sekolah langsung memegang topi tersebut dalam perasaan was was, jangan sampai burung tersebut lepas. Dia mencoba merasakan gerakan sang burung. Akan tetapi tidak ada gerakan sama sekali.

"Jangan jangan burung sakit dan sekarang sudah mati", pikirnya sambil mencoba menekan topi tersebut dengan maksud  untuk mengetahui apa reaksi "sang burung".

Sang Kepala Sekolah semakin penasaran karena hanya bisa merasakan hangat dari mahluk di bawah topi tersebut namun tidak bergerak sama sekali.

Akhirnya Sang Kepala Sekolah bermaksud menangkap saja dengan perasaan was was, kuatir jika mahluk yang pura pura diam itu tiba tiba melompat melepaskan diri.

Sang Kepala Sekolah tetap menahan topi tersebut dengan membuka sedikit saja, cukup buat tangannya bisa masuk. Dan akhirnya tertangkaplah "burung" itu oleh tangan Sang Kepala Sekolah.

*) Diangkat dari cerita lisan Ayahanda tercinta Almarhum B Sampeliling.

Tuesday, February 4, 2014

Catatan Kecil Banjir Jakarta

Banjir kali ini mengingatkan kembali akan kisah yang saya alami pada banjir tahun lalu (2013). Saya baru bergegas pulang dari kantor di Jalan Yos Sudarso Sunter menjelang larut malam. Angkutan umum dan ojek sudah tidak ada.  Sebenarnya Metromini 07 sudah bisa menembus genangan air yang perlahan surut, namun  tidak beroperasi 24 jam. Sedangkan taksi sendiri belum berani menembus ruas jalan yang dikenal begitu mudah digenangi air walaupun hujan hanya beberapa saat. Mau minta tolong ke teman kerja juga sulit karena semuanya berhadapan dengan persoalan banjir Jakarta yang sempat menewaskan beberapa orang di basement UOB Jalan MH Thamrin. Sepertinya tidak ada pilihan lain selain menembus genangan air berjalan kaki dari Gedung Certis ke depan ITC Cempaka Mas mencari angkutan untuk pulang.

Dengan tenaga yang tersisa setelah seharian dihajar habis oleh customer di kantor karena beberapa rekan kerja yang sudah terbiasa melakukan tugas yang saya gantikan pada hari itu tidak bisa masuk karena mengalami musibah banjir. Kring krang dering telpon yang berlanjut dengan caci maki customer bak serbuan tanpa henti mengarah ke pesawat di meja saya karena sepertinya staf di divisi lain juga ada yang tidak masuk. Hal itu membuat saya sampai lupa urusan makan. Lagipula pada hari tersebut begitu sulit, menemukan penjual makanan di sekitar kantor. Mungkin karena kebanjiran, mungkin juga tidak menjual karena memang tidak ada pembelinya. Tak terasa, kondisi saya yang bekerja kayak robot yang dikendalikan penuh dering telpon dari customer telah berlangsung dari pagi hingga menjelang  tengah malam.

Yang aneh perut tidak merasakan lapar selama bekerja, namun hanya rasa takut terserang penyakit. Mungkin karena otak saya tak sempat memikirkan perut saya. Saya masih ingat ada donat jatah staf lain yang saya lahap habis karena satu donat yang disediakan kantor sepertinya belum cukup untuk mengalas perut kosong saya.

Stress karena tekanan dari customer yang tiada hentinya pada hari itu membuat saya lupa  kalau untuk berjalan kaki menyusuri ruas jalan antara Gedung Certis hingga ITC Cempaka Mas, dibutuhkan keberanian ekstra walaupun di hari biasa saya biasa berjalan bersama teman kantor melewati jalan tersebut sepulang kerja untuk menyehatkan badan.

Sisi jalan yang saya telusuri sekitar pukul dua dini hari tersebut seperti disulap menjadi jalan yang cukup menyeramkan. Genangan air sudah tak setinggi paha lagi namun saya tahu di situ banyak lubang lubang dalam yang tertutupi genangan air. Saya harus berhati-hati dan mencoba mengingat di mana lobang lobang tersebut berada.

Ketakutan semakin menjadi jika melewati kavling yang masih kosong yang ditumbuhi oleh semak yang sedang tergenang air. Bayangan buruk menghantui, bagaimana jika ada binatang air ganas yang mencoba menyerang saya dari semak semak. Kondisi sisi sebelah barat ruas Yos Sudarso tanpa kios dan pemukiman itu benar benar menakutkan. Yang ada hanya bangunan kantor yang berselang seling dengan kavling kosong.

Puncak ketakutan saya terjadi saat di jarak sekitar seratus meter tampak bayangan hitam yang mendekat ke arah saya. Saya sendiri tak pernah melihat hantu seperti yang diceritakan oleh teman teman di kantor saya, Gedung Certis kalau hampir di setiap lantainya ada penghuni mahluk halus. Yang saya paling takutkan adalah kejahatan yang sering dialami oleh rekan kerja di sekitar ruas jalan Yos Sudarso yang sangat rawan di malam hari. Bahkan pagi pagi sebelum turun dari Metro Mini 07, saya pernah kecopetan handphone. Ketakutan saya menjadi anti klimaks setelah bayangan tersebut semakin mendekat dan tampak oleh mata saya,  orang itu ternyata membawa jala ikan. (Ah, ternyata penjala ikan, tak mungkin jahat)

Perjalanan menakutkan dan melelahkan dengan perut yang baru terisi dua donat menu makan malam akhirnya tiba juga di depan Gedung AHM (Astra Honda Motor). Namun penjual makanan yang biasanya berderet penuh tidak ada. Hanya ada satu gerobak penjual makanan  dengan asap yang mengepul dalam dinginnya malam, menambah rasa lapar saya. Namun tiba tiba,  karyawan Astra berseragam putih berlarian dari dalam gedung Astra mengerumuni satu satunya penjual makanan tersebut. Sepertinya karyawan Astra Shift malam itu juga kuatir tidak menemukan penjual makanan.

Saya akhirnya tidak jadi membeli makanan tersebut dan melanjutkan kembali perjalanan, hingga di pojok jalan berikutnya saya menemukan warung mi instan dan beberapa tukang ojek yang sedang mangkal. Lewat pukul tiga pagi baru saya melanjutkan perjalanan pulang naik ojek namun bukan tarif biasa, tapi tarif banjir. Akhirnya menjelang pagi baru bisa istirahat.

Saturday, February 1, 2014

Green Central City

This is Green Central City at Gajah Mada Street. Consists of Novotel, ICBC Bank, 7 eleven and an old building, Pagoda. The Pagoda have been standing from long time ago. Far before this place constructed.

The Pagoda is cultural heritage, so no one can to crumbling down this building. That The Pagoda untill now still standing together with modern building in this place, The Green Central City.

The main building in this place is Novotel Gajah Mada where a last name of this building. First, this building constructed spend long time. One time the construct of this building stopped and     a few years next continued. This building change the name more than one before finished. Finally, this building given name Novotel, means this building is Novotel Hotel.

This place nearby LTC Glodok, Jayakarta Hotel, Glodok, Old Town, Glodok Busway Shelter, Olimo Busway Shelter, Mediterenia Apartemen and many others.



Monday, January 27, 2014

Sudirman Park Apartemen

This Apartemen actually not located at Sudirman Street but using name "Sudirman". Sudirman is a word that very famous in Jakarta. Sudirman known as center of business together with Gatot Soebroto and Rasuna Said Streets.

Sudirman Park Apartemen located at KH Mas Mansyur Street Kav 35, that nearby Sudirman Street. This thing makes Sudirman Park known much people as an apartemen that located at Sudirman. But this not a lie because we can get this place by Sudirman Street. We can walk on foot from Sudirman Street to get Sudirman Park. Not so far from Sudirman Street. Just about three kavling.

In this apartemen will find BCA bank, BRI bank, London School, Rudi Hadisuwarno Salon, 7 eleven, and others minimart and offices.

Thursday, January 23, 2014

Christmas in Jakarta in Peace


The first picture is a buliding in Atmajaya Chatolic University Campus. The campus placed in Semanggi, Sudirman Street.

The second picture was situastion in Tiberias Church in worship waiting countdown closing 2013.  Pastor Yesaya Pariadji was preaching and praying for new year.

The number three picture is a candlelight in Gelora Bung Karno Stadium where about 200.000 people singing Silent Night.
The last picture was a situation in a house that celebrate Christmas
Jakarta a city where all religion and ethnic in Indonesia live together in peace. Mosque, Church, Temple and Pagoda standing in Jakarta  Comunity that consist of diferent religion.

Kenapa Dengan Film Filosofi Kopi 2 ?

Berita kehadiran Luna Maya di Toraja yang  menyebar lewat situs dan jejaring sosial, berkembang seakan-akan memberitakan bahwa ada film ...