Patung Yesus yang rencananya akan dibangun di Burake Tana Toraja Sulawesi Selatan mendadak ramai diperbincangkan setelah adanya penolakan yang disampaikan oleh dosen STT (Sekolah Tinggi Theologia ) Jakarta, Pendeta Kadarmanto Hardjowasito
Pdt Kadarmanto memohon kepada Bupati Tana Toraja, Theofilus Allorerung agar pembangunan patung tersebut dibatalkan.
Alasan penolakan Pendeta Kadarmanto sangat sederhana namun mendasar yaitu :
Kesaksian Kristiani yang sejati harusnya tidak dibangun lewat simbol fisik yang megah dan mahal, tapi lewat sikap hidup orang Kristen yang benar dan menjadi berkat dan rahmat bagi sesama. Pembangunan tersebut bisa menjadi bahan cemoohan ketika perilaku kita bertentangan dengan ajaran Yesus. Pembangunan patung Yesus Kristus tersebut memiliki motivasi ekonomi, walaupun dibungkus sebagai wisata religi. Bukanlah alasan yang baik dan memuliakan Yesus.
Penjelasan tersebut diuraikan panjang Pdt Kadharmanto sebagaimana dikutip dalam website Satu Harapan.
Penjelasan tersebut diuraikan panjang Pdt Kadharmanto sebagaimana dikutip dalam website Satu Harapan.
Tentunya ulasan Pendeta Kadarmanto hanyalah salah satu ulasan theologis dari sekian doktrin agama/golongan. Jika dipandang dari doktrin lain kemungkinan akan berbeda sesuai dengan dasar theologisnya masing-masing. Hal inilah yang membuat berita tersebut ramai diperdebatkan setelah dishare ke publik dan dikonsumsi oleh Masyarakat Toraja yang berbeda beda agama dan golongan. Perbedaan pandangan dari berbagai denominasi gereja mengenai keberadaan Patung Yesus memancing perdebatan yang menimbulkan ketidaknyamanan karena masyarakat Tana Toraja yang majemuk dari dulunya bisa membuktikan bahwa mereka mampu hidup rukun antar agama dan golongan yang berbeda beda keyakinan.
Dari sisi lain, rencana pembangunan patung tersebut juga dipersoalkan sehubungan dengan kekecewaan masyarakat Tana Toraja atas tidak berjalannya proses pembangunan sarana penting kehidupan masyarakat seperti pembangunan jalan sebagai akses kehidupan. Termasuk keprihatinan akan kondisi sebagian gereja yang jemaatnya kurang mampu merenovasi gedung gerejanya. Bahkan pembangunan Bandara Tana Toraja hingga hari ini belum selesai dan memunculkan berita adanya indikasi korupsi.
Kondisi terburuk yang dikuatirkan adalah pembangunan patung Yesus tersebut tetap dijalankan namun mengalami nasib yang sama dengan Bandara Tana Toraja. Betapa akan sangat memalukan.
Kehadiran berbagai simbol fisik keagamaan di berbagai belahan dunia sepertinya menginspirasi Bupati Theofilus Allorerung untuk membangun Patung Yesus tersebut. Patung Yesus yang cukup terkenal di dalam negri dan belum lama ini diselesaikan adalah Patung Yesus Manado. Patung ini dibangun bukan oleh pemda tetapi dibangun dengan dana pribadi Ciputra, seorang raja properti yang membangun patung Yesus di dalam salah satu area propertinya sendiri.
Ciputra adalah sosok pelayan dalam berbagai pelayanan Kristiani dan juga seorang motivator yang memberi inspirasi kehidupan bagi banyak orang dari berbagai agama dan golongan. Tak terhitung sudah banyaknya pengorbanan beliau dengan mengorbankan waktu, tenaga, pikiran maupun materi untuk pelayanan. Pembangunan Patung Yesus hanyalah bagian kecil dari yang telah dilakukannya dan itu adalah pilihan pribadi.
Pilihan pribadi dan pilihan golongan adalah dua hal yang hampir sama. Jika ada sekelompok umat yang bertumbuh dalam jemaat yang sama dan memiliki pemahaman doktrin yang sama maka sekiranya ada sebuah wacana yang disepakati dalam kelompok tersebut yakni pembangunan Patung Yesus maka tidak akan menimbulkan polemik.
Pengikut keyakinan lain atau denominasi lain tidak akan mempersoalkan karena telah terbiasa hidup berdampingan dengan kelompok lain dan tentunya akan menghargai jika kelompok lain membangun simbol-simbol religius yang didasarkan oleh doktrin mereka sendiri. Tatanan masyarakat yang rukun dan terbiasa menghargai keyakinan lain tidak akan terbawa ke dalam polemik. Intinya jika suatu symbol keagamaan dibangun oleh umat agama yang bersangkutan, maka sejatinya polemik tidak akan muncul.
Berbeda dengan pembangunan simbol salah satu agama oleh pemda Tana Toraja. Masyarakat akan memandangnya dari segi doktrinnya masing masing , sehingga kemunculan simbol agama tersebut akan menjadi polemik antar elemen masyarakat dalam melihat simbol tersebut sebagai milik bersama namun dipandang dari sisi doktrin masing-masing yang berbeda beda.
Urusan doktrin dan pembangunan simbol simbol keagamaan sepatutnya diserahkan kepada diri dan kelompok kita masing-masing. Kelompok lain akan menikmati keindahan simbol-simbol yang kita bangun tetapi tidak akan mempersoalkan dasar doktrin bangunan fisik simbol tersebut sebagaimana kita saling menghargai dalam menjalankan ibadah kita masing-masing. Lantas bagaimana jika sebuah pemerintahan yang memimpin semua golongan dan penganut yang memiliki doktrinnya masing-masing mengambil sebuah langkah yang mengundang debat theologis antar elemen masyarakat yang dipimpinnya ?
Memang mudah menarik simpati masyarakat melalui hal-hal religius, namun berat mentaati aturan dari religion itu sendiri, baik sebagai pemerintah maupun sebagai rakyat.
No comments:
Post a Comment