Baru saja saya meneguk kopi panas dalam cangkir plastik ketika sang penjual kopi tersebut mencoba mengajak ngobrol untuk menghilangkan rasa jenuhnya menunggu pembeli di bantaran Kali Besar yang merupakan tempat yang cukup asyik untuk minum kopi. Sang penjual kopi ternyata adalah karyawan di salah satu perusahaan dan merupakan alumni dari salah satu perguruan tinggi di Yogyakarta. Dia lahir dan dibesarkan di sekitar Kawasan Kota Tua dan kembali bekerja di sekitar kawasan itu pula sambil mencari penghasilan tambahan di Kompleks Kota Tua sepulang kerja. Banyak hal yang diketahuinya tentang Kota Tua namun dari obrolan yang cukup lumayan sepertinya dia lebih tertarik membahas hal-hal aneh yang ditemuinya di Kota Tua.
Menjelang malam kompleks Kota Tua semakin ramai dengan orang orang yang terdiri dari berbagai macam maksud. Namun kalau dipelajari dengan seksama maka para “penghuni malam” kota tua lebih didominasi orang orang yang kurang mengerti, kurang tertarik bahkan kurang tentang sejarah Kota Tua itu sendiri. Kota Tua tampak yang cukup ramai saat ini di malam hari tak lebih dari sekedar ruang bermain bagi buat orang orang yang seakan terusir dari ruang ruang utama Kota Metropolitan yang sarat dengan pusat perbelanjaan mewah yang tentunya lebih 'ramah' untuk kalangan berduit.
Dalam kompleks Kota Tua sendiri terdapat lapak lapak dadakan yang menjual barang barang murah. Demikian juga dengan makanan dan minuman yang dijual dalam kompleks ini harganya adalah harga kaki lima bahkan Kota Tua juga bisa dianggap pasar kaki lima karena hampir seluruh penjual di kompleks ini adalah pedagang kaki lima. Hanya ada satu mini market di dalam kompleks ini yang menggunakan salah satu blok gedung tua.
Kota Tua yang berada di sebelah stasiun kereta Beos merupakan tempat rileks buat para pengamen yang seharian kelelahan bernyanyi di kereta. Sambil makan dan minum mereka pun terkadang masih mengamen lagi di di dalam kompleks Kota Tua. Jadi jangan heran jika sejenak kita duduk di kawasan ini, karena akan antri pengamen yang siap menghibur atau mengusik anda.
Kompleks Kota Tua juga merupakan tempat nongkrong para penganut aliran aliran "miring". Saya meminjam istilah teman ngobrol saya, sang penjual kopi tadi. Namun saya tidak punya andil membahas tentang kelompok kelompok yang dimaksud. Apalagi saya merasa sama sama bagian dari pengunjung Kota Tua. Faktanya adalah bahwa keberadaan mereka juga tidak mengusik orang orang lain bahkan kelompok 'kelompok miring' tersebut jualah yang banyak memberi andil buat Kota Tua lebih hidup setelah nyaris menjadi kota mati.
No comments:
Post a Comment